PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA
PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA KELAS
VIII MADRASAH TSANAWIYAH NAHDATUL
WATHAN BIRUL WALIDAIN 2 RENSING
LOMBOK TIMUR TAHUN
AJARAN 2010/2011
PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA KELAS
VIII MADRASAH TSANAWIYAH NAHDATUL
WATHAN BIRUL WALIDAIN 2 RENSING
LOMBOK TIMUR TAHUN
AJARAN 2010/2011
BAB II
LANDASAN TEORITIS
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat belajar dan pembelajaran fisika
a. Masalah Pengertian Belajar
Belajar adalah berusaha atau berlatih supaya mendapatkan sesuatu kepandaian (W.J.R Porwadarminta 2003: 121). Sedangkan menurut para ahli lain: “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan, hal ini di kemukakan oleh Gery dan Kingsley 1989 dalam (Sudjana 2002: 5)”. Ahli lain berpendapat bahwa “belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungan” (Slameto, 1995: 2).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan, belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan yang jelas dimana hasilnya berupa perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan apersepsi.
b. Masalah Pengertian Mengajar
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas bahkan mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau dimana saja. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap hari harus menguasainya serta terampil melaksanakan mengajar itu.
Masalah mengajar telah menjadi persoalan ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar itu, perlu di kemukakan teori tentang mengajar.
1) Definisi lama
Mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan cakap kepada anak didik kita atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus.
2) Definisi dari Requeliy dan Gazali
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seorang dengan cara yang paling singkat dan tepat.
3) Definisi Mcdern di Negara yang sudah maju
Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Hal ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesepakatan untuk berbuat dan aktif berfikir lebih banyak di berikan kepada siswa.
4) Definisi dari Alwi W. Howard
Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapat, mengubah atau mengembangkan skill dan cita-cita.
Dalam buku (Djamarah, 1994: 33) megajar adalah suatu ketrampilan dari seni yang hanya dirasakan oleh guru sebagai pribadi yang tidak ada pelajarannya di sekolah. Mengajar sebagai suatu ketrampilan merupakan aktualisasi dari ilmu pengetahuan teoritis ke dalam interaksi.
c. Pengertian Pembelajaran
Konsep dasar psikologi yang menjadi jantungnya proses pembelajaran adalah belajar. Menurut Fontana (dalam Depdikbud, 1994: 2) menyatakan “bahwa konsep belajar sebagai proses perubahan perilaku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan konsep pembelajaran merujuk pada upaya penataan lingkungan yang memberi suasana bagi tumbuh dan perkambangan proses belajar. Jadi, bila dilihat dari individu yang belajar, proses belaja ersifat internal dan unik, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa.
Karena pembelajaran bersifat rekayasa yakni rekayasa perilaku (Behavior Engeneering) maka proses tersebut selalu terikat dengan tujuan. Atas dasar itu maka terjadinya proses belajar adalah kriteria dasar dari proses pembelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran dinilai berhasil bila yang belajar dapat belajar sesuai dengan tujuan yang dirancang sebelumnya. Meskipun demikian proses belajar sebagai suatu proses psikologis-sosial yang unik tidak selamanya terjadi karena adanya proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Belajar karena proses pembelajaran memang lebih terarah dan terkendali daripada belajar karena pengalaman semata-mata. Keterarahan dan keterkendalian ini menuntut proses pembelajaran untuk menghadirkan pembelajar (guru) dan bahan belajar. Yang dimaksud membelajarkan sendiri adalah memungkinkan seseorang dapat belajar mandiri tanpa terlalu banyak menggantungkan diri pada orang lain.
d. Pembelajaran dikaitkan dengan perkembangan anak
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya dilandasi dengan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Dengan demikian proses pembelajaran cocok dengan karakteristik atau jati diri pembelajar.
2. Metode Penemuan Terbimbing
a. Pengertian metode penemuan terbimbing
Encyclopedia Education Research (Suryosubroto, 2002: 4) mendefinisikan bahwa penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat dibeikan bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyalidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Sund dalam (Suryosubroto, 2002: 4) “penemuan adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep” yang dimaksud proses mental tersebut antara lain: mengamati, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Suatu konsep misalnya acuan, macam, ciri-ciri dan sebagainya. Dalam tehnik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri pemecahan masalah, guru hanya membimbing dan memberikan instuksi.
Dari kedua pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswa untuk menemukan sendiri informasi yang telah ada dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi dan mencoba sendiri memecahkan masalah.
Menurut Suherman (1993: 6) mendefinisika “pada penemuan terbimbing guru memberikan petunjuk, arahan-arahan, pernyataan-pernyataan atau dialog sehingga sampai pada suatu kasimpulan tentang materi yang diajarkan”, kadang bimbingan yang diberikan guru tergantng pada kemampuan siswa dan topic yang dipelajari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing adalah suatu metode mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri atau secara terbimbing siswa menemukan fakta atau relasi IPA-Fisika seperti dasar-dasar, macam, hubungan, sifat atau ciri-ciri tertentu.
Menurut Subyosubroto (2002: 11) metode penemuan terbimbing diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mmentingkan pengajaran perseorangan, dimana metode penemuan ini merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktuf, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan mencari sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Metode ini dilakukan secara perorangan atau kelompok.
Nama Sudjana (1989: 17) mengatakan bahwa metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam pendekatan antara lain ini metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kegil siswa (3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat mengajar. Dengan demikian dalam pendekatan terbimbing model komunlkasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah, melainkan komunikasi banyak arah.
Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan, kemudan membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau lembar kerja. Dimana lembar kerja siswa dibimbing menemukan konsep terutama prinsip (rumus, sifat) dan penyusunan lembar kerja ini biasanya diawali dari guru menyiapkan secara lengkap tahap demi tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat prinsif atau rumus (Krismanto, 2003: 4)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing merupakan suatu metode pembelajaran yang terpusat pada siswa, dimana siswa didorong untuk berfikir sendiri dalam mencari dan menemukan suatu pengetahuan, dimana guru hanya bertindak sebagai pembimbing, pemberi petunjuk dan pasilitator.
b. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing
Untuk menerapkan metode penemuan terbimbing, guru hendaknya harus memiliki sejumlah kompetensi dan tingkah laku yang dapat diamati.
1) Meneliti kebutuhan dan minat siswa dan mempergunakannya sebagai dasar untuk menentukan hal-hal/masalah yang berguna dan realistik bagi pengajaran discoveri.
2) Berdasarkan kdan minat siswa tersebut, melaksanakan pra-seleksi terhadap prisip, generalisasi, konsep, dan hubungan untuk dipelajari.
3) Mengorganisasikan satuan fisik dalam daerah pengajaran agar mendorong timbulnya urutan ide-ide pada diri siswayang terlibat dalam belajar discoveri.
4) Membantu siswa memperjelas peranan-peranan yang perlu dilakukanmelalui pembahasan bersama.
5) Menyediakan sesuatu yang mengandung masalah, misalnya mengkonstruksika suatu permasalahan.
6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang digunakan untuk memulai belajar discoveri.
7) Melengkapi lingkungan penemuan dan multimedia aids.
8) Memeri kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan dan menggunakan data secara aktif.
9) Memberi kesempatan kepada siswa untuk maju/berhasil sesuai dengan kecepatan siswa masing-masing individu dalam mengumpulkan dan menyusun kembali data sehingga mereka memperoleh pemahaman baru
10) Mendengarkan dan menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa mengembangkan respon-responnya sendiri.
11) Memberikan sambutan seoara tegas dan akurat berdasarkan data dan informasi kepada siswa yang bertanya dan memerlukan bantuan dalam pelajaran
12) Membimbing siswa menganalisis kembali konversi dan eksplorasi dengan bantuan terbatas.
13) Mengajarkan keterampilan belajar menemukan sesuiai dengan kebutuhan sswa, misalnya dengan latihan inquiri (Oemar Hamalik, 2002:136.
Agar penerapan metode penemuan terbimbing dapat berjalan dengan efektif, maka ada beberapa langkah yang harus ditempuh:
1) Dengan data secukupnya, guru harus menemukan masalah yang akan diberikan kepada siswa dan perumusanya harur jelas.
2) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja, tergantung pada kemampuan siswa dan materi yang sedang dipelajari, misalnya melalui pertanyaan atau LKS.
3) Siswa menyusun perkiraan dan hasil analisis yang dilakukan.
4) Bila dipandang perlu, perkiraan yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperkiraan oleh guru.
5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran perkiraan tersebut, maka verbalisasi perkiraan sebaiknya diserahkan pada siswa yntuk menyusunnya.
6) Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuannya benar. (Widdiharto, 2004:5-6)
Berdasarkan uraian di atas, agar penerapan metode penemuan trbimbing berjalan dengan efektif maka guru harus memiliki sejumlah kompetensi dan tingkah laku yang dapat diamati serta ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru yaitu:
1) Memberikan masalah kepada siswa dengan data secukupnya.
2) Membimbing siswa untuk menemuklan konsep sendiri melalui LKS.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan jawabnya sendiri.
4) Meneriksa hasil jawaban siswa.
5) Mnyamakan persepsi siswa tentang hasil yang telah ditemukan.
6) Memberikan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa kebenaran hasil penemuan tersebut.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan Terbimbing
Adapun kelebihan dan kekurangan metode penemuan terbimbing ini, yaitu:
1) Kelebihannya
a) Merupakan satu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tak mudah dilupakan siswa. Sehingga mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
c) Dengan metode ini, siswa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri dan biasanya akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
d) Menimbulkan interaksi antar siswa dan melatih ketrampilan dasar yang dimiliki oleh siswa.
2) Kekurangannya
a) Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan ini.
c) Tidak semua materi cocok dengan metode ini, umumnya topik-topik yangberhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode peemuan terbimbing. (Suryosubroto, 1997: 191)
3. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam Pembelajaran Fisika
a. Pengertian LKS
Lembar kerja siswa merupakan salah satu alat jenis bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran fisika. Segara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksnaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembar kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sagat baik digunakan menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik digunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan criteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik.
LKS adalah salah satu media pembelajaran yang didalamnya memuat judul kegiatan, tujuan, daftar nilai, dan bahan yang digunakan dalam kegiatan guna menunjang kebetulan konsep, tugas yang berhubunga dengan kegiatan dan konsep yang digunakan dalam pembelajaran (Depdikbud, 1990)
Jadi yang dimaksud dengan LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi pokok-pokok materi pelajaran yang disusun secara teratur, langkah demi langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh siswa disertai dengan soal-soal latihan dalam berbagai bentuk.
b. Tujuan Penggunaan LKS dalam proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut:
1) Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2) Mngecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
3) Mengembengkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
c. Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
6) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis (Suyitno, 1997:40)
d. Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut:
1) Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS.
3) Menentukan judul-judul LKS.
4) Penulisan LKS
Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus.
5) Menentukan alat penilaian
6) Menyusun materi
(Abadi, Hartono, Junaedi, 2005 dalam Rahmawati ,2006:25).
4. Ketuntasan Belajar
Menurut Subyabtara (1997: 24) ketutasan belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran atau pencapaian taraf penguasaan miimal yang ditetapkan dengan setiap unit bahan yang dipelajari.
Menurut Suryosubroto (2002:30) pengertian dan kriteria ketuntasan belajar sebagai berikut:
a. Ketuntasan dapat dilihat secara kelompok maupun perseorangan.
b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah digapai jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi criteria ketuntasan belajar secara perseorangan.
c. Secara perorangan, ketuntasan belajar dlnyatakan telah terpenuhi jika seorang (siswa) telah mencapai taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan dengan setiap unit bahan yang dipelajari.
d. Dalam kurikulum 1984, taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi ketuntasan belajar segara perorangan adalah:
1) 75% unit hasil penilaian formatif pada setiap satuan pelajaran
2) 60% unit rata-rata hasil penilaian subsumatif, sumatif, dan kokulikuler pada setiap semester.
Untuk refrensi lengkapnya Download disini
3 comments:
thanks sgt mmbntu
@Anonim, sama-sama gan
thank gan sangat membantu...tp kog tak ada daftar pustakanya......gan kalo ada tolong emailkan ya...ke budi_tpi08@yahoo.com
Posting Komentar