Hari minggu dengan bergegas saya berencana pulang kerumah nenek di desa, memang tempatnya agak terpencil tetapi yah itulah memang, saya berasal dari sebuah desa terpencil di Lereng Rinjani Lombok Timur tetapi saya tak pernah berputus asa dengan hanya bermodal nekat dan keyakinan dan ijazah SMK saya membuka usaha kecil-kecilan bersama istri, sampai saat ini kami diberikan rejeki sampai kami bisa membuat kios kecil tetapi milik pribadi sehingga saya sekeluarga tidak takut lagi diusir dari kontrakan seperti yang sudah-sudah.....
Saya starter motor dan tarik gas sambil mendengarkan musik dari HP, tetapi mungkin saya lagi sial atau memang lagi tidak beruntung atau mungkin saya sangat teledor karena tiba-tiba ban saya kempes.... Tak urung saya menggerutu tiada henti menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang yang membuang paku dijalanan sampai ban motor saya pecah dan harus menggeret sampai peluh bercucuran diteriknya matahari tak ayal lagi karena jam baru menunjukkan pukul 02.00 siang, Hemmmm.... saya hampir putus asa karena belum juga menemukan tempat pres ban, walau motor butut tapi kalau keadaannya seperti ini jelas aja membuat tenaga saya terkuras abis.
Tetapi pucuk dicinta ulam pun tiba setelah hampir 1 km akhirnya saya temukan apa yang saya cari, disebuah persimpangan ada tempat pres ban dengan tulisan sederhana dari potongan triplek ukuran satu siku, dengan bergegas saya standar motor dan teriak pres ban pak...!!! Seorang pak tua yang sedang duduk pun mengangguk dan dengan tersenyum mempersilahkan saya duduk dibalai-balai rumahnya yang terbuat dari atap rumbia, dengan sigap dan hati-hati dia menyelesaikan pekerjaannya, saya perhatikan dibalik wajahnya yang mulai keriput sambil tetap tersenyum melihat saya dia bertanya "Mau kemana nak..??" "Pulang kampung pak.." ucapku, lalu saya bertanya ongkosnya berapa pak, dia menjawab "dua ribu nak" lho tidak salah pak? sambil kuberikan uang selembar lima ribuan, dia bilang "maaf bapak tidak uang buat susuk" lalu bagaimana dong pak? "Biar aja tidak usah dibayar bapak ikhlas kok.." jangan nanti bapak bisa rugi, dia menjawab "tidak ada yang merugi didunia ini, kecuali orang-orang yang tidak memanfaatkan hidupnya untuk kebajikan dan orang-orang disekelilingnya" aku terdiam dilanjutkan "nak untuk mengetahui orang yang sukses dalam hidupnya bisa kita lihat dari seberapa berguna ia bagi orang-orang yang ada disekelilingnya"
Terus bapak membeli sayur dan kebutuhan sehari-hari dari mana? bapak itu menjawab "bapak sekeluarga hanya memakan sayuran dari sayuran yang tumbuh dari tanah milik bapak, telur dari ayam milik bapak dan apapun yang jelas-jelas milik bapak, tidak membeli sesuatu yang belum jelas asal muasalnya maupun kehalalannya, dan tidak pernah ingin menjadi orang lain atau menyamai kebutuhan seperti orang lain karena yang terpenting adalah seberapa dekat kita ke pada sang pencipta karena perjalanan hidup ini masih panjang tidak hanya terhenti di dunia ini saja"
Saya termagu mendengar jawaban pak tua, sangat berbeda jauh dengan saya yang hanya mengeluh walau sudah memiliki apa yang saya mau tetapi belum pernah merasa cukup dan mensyukurinya sehingga hidup ini merasa tidak tenang sementara pak tua itu tetap menjalani kehidupan ini dengan riang tanpa beban, tanpa hutang dan tanpa sedikitpun kekehawatiran....Kesederhanaannya membawa ketenangan dalam hidupnya, dan bagi saya itu tetap luar biasa
0 comments:
Posting Komentar